Minggu, 21 April 2013

Laporan Infeksi Nosokomial RSPG Cisarua




LAPORAN INFEKSI NOSOKOMIAL RSPG CISARUA BOGOR
PERIODE JUNI –DESEMBER  2008



I.                   PENDAHULUAN.

Sudah  tidak bisa disangkal lagi Infeksi nosokomial adalah hal yang harus diperhatikan, diawasi dan dikendalikan. Maka perlunya penatalaksanaan untuk mengatasi dan pengendalian infeksi nosokomial / infeksi rumah sakit.

Angka kejadian infeksi merupakan indicator mutu pelayanan keperawatan  di rumah sakit, yang secara nasional angka infeksi ditetapkan harus dibawah 3 %. Angka tersebut bahkan akan diturunkan lagi menjadi 1,5 %

Di RSPG Cisarua ini Infeksi Nosokomial adalah hal yang sudah lama diketahui, namun belum semua fihak untuk berpartisipasi dalam pengendaliannya, tetapi bila dibandingkan pada periode sebelumnya terdapat penurunan angka infeksi, terutama pada angka decubitus dan pemasangan infuse yang cukup signifikan.

Maka pada laporan ini kami akan memaparkan angka kejadian infeksi yang terjadi di RSPG Cisarua Bogor selama 1 ( satu ) semester periode Juni-Desember 2008, mudah-mudahan laporan ini dapat memberi gambaran mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit kita, sehingga kita dapat memberi layanan yang lebih baik dimasa mendatang dan lebih peduli pada pentingnya “Pengendalian Infeksi Nosokomial”.


II.                TUJUAN

Tujuan dibuatnya laporan ini adalah :
1.      Laporan kepada pimpinan tentang angka kejadian infeksi.
2.      Untuk memberikan gambaran tentang mutu pelayanan keperawatan di RSPG melalui angka kejadian infeksi.
3.      Untuk memberi laporan,  kendala-kendala / kesulitan yang terjadi
4.      Untuk memberikan pemahaman kepada semua fihak, bahwa Infeksi Nosokomial sangat penting dan menjadi salah satu tolok ukur mutu rumah sakit.


III.             EVALUASI DAN ANALISA

Tabel  RL 6 adalah format baku yang harus dilaporkan ke Depkes RI di Jakarta. Pada table tersebut terlihat beberapa angka yang muncul dan tidak semua kolom yang tersedia terisi angka. Ini dikarenakan
1.      Belum optimalnya pengumpulan data dari semua ruangan
2.      Ruangan bedah, umum,anak, kebidanan masih sulit dipisahkan.
3.      Ruangan Umum termasuk semua ruangan yang ada.
4.      Sudah ada upaya pemisahan kasus-kasus bedah
5.      Menurut laporan dan data yang kami terima terdapat 51 kasus bedah 49 diantaranya diberikan tindakan oprasi, dengan angka infeksi luka operasi 0 (nihil),35 diantaranya dipasang catheter, data menunjukan infeksi akibat pemasangan catheter 0 (nihil).
6.      54 orang dipasang WSD dengan kasus, pnemothorak, hidro pnemothorak, empiyema, dan belum dapat angka yang pasti berapa yang terinfeksi, karena pada umumnya infeksi luka WSD dapat diatasi.
7.      Masih adanya kejadian dekubitus yang cukup tinggi yaitu 0,6 % dan angka ini dalam batas ambang yang diperkenankan dan tidak melebihi standar nasional sebesar 3 %.
8.      Angka phlebitis 2,7 % angka kejadian tersebut masih dalam ambang batas standar nasional sebesar 3%


IV.             PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Melaksanakan tindakan mandiri ataupun yang sifatnya kolaboratif  dalam merawat pasien diruangan adalah wajib memperhatikan tehnik septic dan aseptic., prinsip tersebut  adalah bertujuan untuk menekan angka kejadian infeksi. Penggunaan sarung tangan menjadi sangat penting untuk mencegah infeksi nosokomial termasuk pelindung diri bagi petugas. Hal tersebut adalah salah satu dari “Kewaspadaan Universal”
Tampaknya penggunaan sarung tangan saat pelaksanaan tindakan keperawatan masih perlu ditingkatkan dan diingatkan kepada semua petugas terutama “PERAWAT” diruangan.
Begitu juga tehnis desinfeksi kulit, agar semua perawat mengerjakannya sesuai standar, sehingga infeksi di rumah sakit betul-betul bisa ditekan.


V.                PENGGUNAAN AIR MENGALIR SAAT MENCUCI TANGAN

Ada berbagi teori bagaimana cara mencuci tangan yang baik dan benar dan yang paling dikenal adalah dengan 7 langkah mencuci tangan. Tidak semua ruang perawatan terdapat washtafel untuk mencuci tangan sehingga harus diupayakan setiap ruangan yang terdapat pasien disediakan washtafel (permanent atau fortable)


VI.             PENGELOLAAN  SAMPAH

Sampah di RSPG Cisarua hanya dikelompokan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu
1.      Sampah medis / sampah infeksius yang terdiri dari spuit/jarum suntik, kassa peutup luka, slang dan botol infuse dikemas dengan plastic kuning kemudian dimusnahkan dengan cara dibakar diinsenerator. Cairan tubuh langung dibuang ke spool hok yang tersalur ke sistim pengelolaan air limbah (IPAL)
2.      sampah domestik yang dikelompokan dalam sampah kering, basah, dikemas dalam plastic hitam dan puing (sisa bangunan) dimanfaatkan untuk sanitari landfill.
Pemgelolaan sampah masih perlu adanya peningkatan kesadaran dari berbagai pihak termasuk petugas rumah sakit dalam membuang sampah ineksius.
     
                 
VII.          PENGELOLAAN LINEN

Yang nenjadi pokok permasalahannya adalah transportasi linen ke tempat pencucian yang sampai saat ini dibawa oleh petugas dari ruangan  hanya dengan menggunkan plastic hitam yang seharusnya dengan kereta khusus linen yang sudah tersedia disetiap ruangan. Tapi karena medan yang tidak memungkinkan jadi kereta linen tidak digunakan tidak optimal.
Jalur transportasi yang digunakan untuk linen kotor belum ditetapkan dan tidak boleh sama dengan jalur pembawa makanan pasien, dimana kedua jalur ini harus terpisah baik arah maupun waktunya.


VIII.       KENDALA

1.      Kesadaran akan keselamatan diri sendiri dan orang lain masih kurang, seperti membuang jarum masih ada yang disatukan dengan samapah domestic, tidak menggunakan sarung tangan ketika melakukan tindakan inpasiv, dan lain-lain.
2.      Insenerator yang ada sudah tidak maksimal sehingga sampah tidak musnah semua (terdapat residu pembakaran), dan terdapat asap tebal yang akibatnya mengotori udara sekitar.
3.      Masih belum bisa terlaksananya pemeriksaan peta kuman RSPG, sehingga penggunaan antibiotik cenderung berdasarkan pengalaman (empiris).
4.      Belum bisa dilakukan apusan kuman pada alat yang steril, untuk tingkat keseterilan (pembuktian terbebas dari kuman patogen dan a patogen serta sporanya).
5.      Tidak semua ruangan rawat terdapat washtafel.


IX.             KESIMPULAN

Pengendalian infeksi nosokomial masih perlu ditingkatkan lagi, meskipun angka yang didapatkan dari data yang dkumpulkan dibawah 3 % tapi tampaknya masih perlu pembenahan disemua lini, dilaksanakan dan disadari oleh semua pihak agar secara berkesinambungan infeksi nosokomial di RSPG dapat dikendalikan.




X.                REKOMENDASI

1.      Agar semua petugas untuk berperan dalam pengendalian infeksi nosokomial
2.      Agar plastic kuning untuk sampah medis selalu tersedia dengan berbagai ukuran.
3.      Mohon kepada pihak management untuk segera meremajakan insenerator dan memikirkan tempatnya dan Kepada petugas IPSRS agar melaksanakan kalibrasi derajat api yang harus mencapai 1000° C
4.      Memohon bantuan Komdik untuk bisa memfasilitasi pemeriksaan peta kuman
5.      Memohon kepada Kasie Penunjang medik untuk bisa menyediakan 1 unit komputer FC di ruangan infeksi nosokomial.

Demikianlah laporan ini dibuat untuk mendapatkan gambaran tentang pengendalian infeksi nosokomial di RSPG Cisarua Bogor .