LAPORAN INFEKSI NOSOKOMIAL
RSPG CISARUA BOGOR
PERIODE JUNI –DESEMBER 2008
I.
PENDAHULUAN.
Sudah tidak bisa disangkal
lagi Infeksi nosokomial adalah hal yang harus diperhatikan, diawasi dan
dikendalikan. Maka perlunya
penatalaksanaan untuk mengatasi dan pengendalian infeksi nosokomial / infeksi
rumah sakit.
Angka kejadian infeksi merupakan indicator mutu
pelayanan keperawatan di rumah sakit,
yang secara nasional angka infeksi ditetapkan harus dibawah 3 %. Angka tersebut
bahkan akan diturunkan lagi menjadi 1,5 %
Di RSPG Cisarua ini Infeksi Nosokomial adalah hal
yang sudah lama diketahui, namun belum semua fihak untuk berpartisipasi dalam
pengendaliannya, tetapi bila dibandingkan pada periode sebelumnya terdapat
penurunan angka infeksi, terutama pada angka decubitus dan pemasangan infuse
yang cukup signifikan.
Maka pada laporan ini kami akan memaparkan angka
kejadian infeksi yang terjadi di RSPG Cisarua Bogor selama 1 ( satu ) semester
periode Juni-Desember 2008, mudah-mudahan laporan ini dapat memberi gambaran
mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit kita, sehingga kita dapat memberi
layanan yang lebih baik dimasa mendatang dan lebih peduli pada pentingnya “Pengendalian
Infeksi Nosokomial”.
II.
TUJUAN
Tujuan dibuatnya laporan ini adalah :
1.
Laporan
kepada pimpinan tentang angka kejadian infeksi.
2.
Untuk
memberikan gambaran tentang mutu pelayanan keperawatan di RSPG melalui angka
kejadian infeksi.
3.
Untuk
memberi laporan, kendala-kendala /
kesulitan yang terjadi
4.
Untuk
memberikan pemahaman kepada semua fihak, bahwa Infeksi Nosokomial sangat
penting dan menjadi salah satu tolok ukur mutu rumah sakit.
III.
EVALUASI DAN ANALISA
Tabel RL 6 adalah format baku yang harus dilaporkan
ke Depkes RI di Jakarta. Pada table tersebut terlihat beberapa angka yang
muncul dan tidak semua kolom yang tersedia terisi angka. Ini dikarenakan
1.
Belum optimalnya pengumpulan
data dari semua ruangan
2.
Ruangan bedah, umum,anak,
kebidanan masih sulit dipisahkan.
3.
Ruangan Umum termasuk semua
ruangan yang ada.
4.
Sudah
ada upaya pemisahan kasus-kasus bedah
5.
Menurut
laporan dan data yang kami terima terdapat 51 kasus bedah 49 diantaranya
diberikan tindakan oprasi, dengan angka infeksi luka operasi 0 (nihil),35
diantaranya dipasang catheter, data menunjukan infeksi akibat pemasangan
catheter 0 (nihil).
6.
54
orang dipasang WSD dengan kasus, pnemothorak, hidro pnemothorak, empiyema, dan
belum dapat angka yang pasti berapa yang terinfeksi, karena pada umumnya
infeksi luka WSD dapat diatasi.
7.
Masih
adanya kejadian dekubitus yang cukup tinggi yaitu 0,6 % dan angka ini dalam
batas ambang yang diperkenankan dan tidak melebihi standar nasional sebesar 3 %.
8.
Angka phlebitis 2,7 % angka
kejadian tersebut masih dalam ambang batas standar nasional sebesar 3%
IV.
PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
Melaksanakan tindakan mandiri ataupun yang sifatnya kolaboratif dalam merawat pasien diruangan adalah wajib
memperhatikan tehnik septic dan aseptic., prinsip tersebut adalah bertujuan untuk menekan angka kejadian
infeksi. Penggunaan sarung tangan menjadi sangat penting untuk mencegah infeksi
nosokomial termasuk pelindung diri bagi petugas. Hal tersebut adalah salah satu
dari “Kewaspadaan Universal”
Tampaknya penggunaan sarung tangan saat pelaksanaan tindakan
keperawatan masih perlu ditingkatkan dan diingatkan kepada semua petugas
terutama “PERAWAT” diruangan.
Begitu juga tehnis desinfeksi kulit, agar semua perawat mengerjakannya
sesuai standar, sehingga infeksi di rumah sakit betul-betul bisa ditekan.
V.
PENGGUNAAN AIR MENGALIR
SAAT MENCUCI TANGAN
VI.
PENGELOLAAN SAMPAH
Sampah di RSPG Cisarua hanya dikelompokan menjadi 2 (dua) kelompok
yaitu
1.
Sampah medis / sampah infeksius
yang terdiri dari spuit/jarum suntik, kassa peutup luka, slang dan botol infuse
dikemas dengan plastic kuning kemudian dimusnahkan dengan cara dibakar
diinsenerator. Cairan tubuh langung dibuang ke spool hok yang tersalur ke
sistim pengelolaan air limbah (IPAL)
2.
sampah domestik yang
dikelompokan dalam sampah kering, basah, dikemas dalam plastic hitam dan puing (sisa
bangunan) dimanfaatkan untuk sanitari landfill.
Pemgelolaan sampah masih perlu adanya peningkatan kesadaran dari
berbagai pihak termasuk petugas rumah sakit dalam membuang sampah ineksius.
VII.
PENGELOLAAN LINEN
Yang nenjadi pokok permasalahannya adalah transportasi linen ke
tempat pencucian yang sampai saat ini dibawa oleh petugas dari ruangan hanya dengan menggunkan plastic hitam yang
seharusnya dengan kereta khusus linen yang sudah tersedia disetiap ruangan. Tapi karena medan yang tidak memungkinkan
jadi kereta linen tidak digunakan tidak optimal.
Jalur transportasi yang digunakan untuk linen
kotor belum ditetapkan dan tidak boleh sama dengan jalur pembawa makanan
pasien, dimana kedua jalur ini harus terpisah baik arah maupun waktunya.
VIII.
KENDALA
1.
Kesadaran akan keselamatan diri
sendiri dan orang lain masih kurang, seperti membuang jarum masih ada yang disatukan
dengan samapah domestic, tidak menggunakan sarung tangan ketika melakukan
tindakan inpasiv, dan lain-lain.
2.
Insenerator yang ada sudah
tidak maksimal sehingga sampah tidak musnah semua (terdapat residu pembakaran),
dan terdapat asap tebal yang akibatnya mengotori udara sekitar.
3.
Masih belum bisa terlaksananya
pemeriksaan peta kuman RSPG, sehingga penggunaan antibiotik cenderung
berdasarkan pengalaman (empiris).
4.
Belum
bisa dilakukan apusan kuman pada alat yang steril, untuk tingkat keseterilan (pembuktian
terbebas dari kuman patogen dan a patogen serta sporanya).
5.
Tidak
semua ruangan rawat terdapat washtafel.
IX.
KESIMPULAN
Pengendalian infeksi nosokomial masih perlu ditingkatkan lagi,
meskipun angka yang didapatkan dari data yang dkumpulkan dibawah 3 % tapi
tampaknya masih perlu pembenahan disemua lini, dilaksanakan dan disadari oleh
semua pihak agar secara berkesinambungan infeksi nosokomial di RSPG dapat
dikendalikan.
X.
REKOMENDASI
1.
Agar semua petugas untuk
berperan dalam pengendalian infeksi nosokomial
2.
Agar plastic kuning untuk
sampah medis selalu tersedia dengan berbagai ukuran.
3.
Mohon kepada pihak management
untuk segera meremajakan insenerator dan memikirkan tempatnya dan Kepada
petugas IPSRS agar melaksanakan kalibrasi derajat api yang harus mencapai 1000°
C
4.
Memohon
bantuan Komdik untuk bisa memfasilitasi pemeriksaan peta kuman
5.
Memohon
kepada Kasie Penunjang medik untuk bisa menyediakan 1 unit komputer FC di
ruangan infeksi nosokomial.
Demikianlah
laporan ini dibuat untuk mendapatkan gambaran tentang pengendalian infeksi
nosokomial di RSPG Cisarua Bogor
.
|
|
|
|