Selasa, 10 September 2013

LAPORAN PPIRS CISARUA BOGOR


LAPORAN PPIRS  PERIODE JANUARI-JUNI 2013
ANGKA INFEKSI DAN ANALISANYA.
PPIRS. RSPG CISARUA BOGOR



DAFTAR ISI
1.     
DAFTAR ISI



1
2.     
PENDAHULUAN



2
3.     
PENGORGANISASIAN



3
4.     
ANGKA INFEKSI DISETIAP RUANGAN  RAWAT INAP

4
5.     
 TABEL  (RL6)



5
6.     
ANALISA TABEL RL6



6
7.     
KEGIATAN YANG SUDAH DILAKSANAKAN


8
8.     
PENGGUNAAN ANTI MIKROBA


9
9.     
PEMBATASAN PENGUNJUNG


10
10.   
LAPORRAN PENGUJIAN BBLK JAKARTA


10
11.   
BEBERAPA CATATAN PELAKSANAAN KEGIATAN OK

11
12.   
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


11


















LAPORAN INFEKSI RUMAH SAKIT
TAHUN 2013 (Januari-Juni)
1.    PENDAHULUAN
Terjangkitnya infeksi nosokomial/HAIs atau sering disebut juga infeksi rumah sakit, artinya infeksi yang terjadi dirumah sakit. Hal ini berimplikasi sangat luas menimbulkan masalah bagi penderita dan dapat merugikan nama baik rumah sakit.
Sebagai sebuah penyakit yang berdiri sendiri (terlepas dari keterkaitan penyakit dasar) yang muncul sebagai akibat tindakan medis dan asuhan keperawatan yang dilakukan baik sesuai SPO atau pun tidak, maka infeksi nosokomial dapat mempengaruhi morbiditas dan mortalitas penyakit dasar. Akibat lain adalah hari rawat yang lebih panjang dan itu berarti perlu adanya tambahan biaya sedangkan bagi rumah sakit dapat memberikan kesan kurang baik terhadap pencegahan infeksi yang merupakan indikator keselamatan pasien rumah sakit.

2.    PENGORGANISASIAN
Pada tahun ini Pengorganisasian ada perubahan yaitu  PPIRS berbentuk Panitia Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit,  terdiri dari berbagai unit terkait yang bertanggung jawab kepada Direktur Medik dan Keperawatan. Kemudian untuk operasional,  ada Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit yang terdiri dari unsur perawat (IPCN =Infection prevention control nurse dan IPCLN= Infection prevention control link nurse)  
Berdasarkan SK Direktur Utama Rumah sakit Paru Dr. M. Partowidigdo No: KP.02.0711/5094/2012
Tentang Pembentukan Panitia Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Rumah Sakit Paru dr. M. Partowidigo  tanggal 11 Juli 2012.

PPIRS  mempunyai peran penting  dalam rangka memberikan pelayanan prima terhadap pasien, baik langsung ataupun tidak langsung. Memberi pengertian dan tambahan wawasan terhadap pasien dan pengunjungnya tentang perkembangan penyakit dan kuman  setidaknya akan mempengaruhi tingkat kesembuhan pasien.

Kendala yang dihadapi :
Dalam perjalan kinerjanya PPIRS masih menghadapi beberapa kendala antar lain belum ditetapkannya IPCN yang fulltime sehingga banyak hal yang tidak tergarap antara lainnya pembuatan revisi protap, panduan, pedoman, dan beberapa kerjasama yang semestinya di lakukan  dengan unit lainnya menjadi tidak dapat dilakukan contohnya  mendisain sebuah ruangan seharusnya melibatkan unsur PPIRS untuk memberikan masukan  kepada tim/unit /pihak yang melaksanakan  pembangunan sehingga sesuai atau paling tidak mendekati kaidah PPI Setidaknya PPI memberikan masukan tentang Ventilasi untuk sehingga turn over udara diruangan menjadi seimbang, pencahayaan, dan lain-lain.
Harapan-harapan
Pengorganisasian PPIRS kedepan bisa memberikan kontribusi yang baik untuk peningkatan mutu layan di RSPG Cisarua Bogor dan bisa berkolaborasi dengan unit yang lain untuk kemajuan RSPG dan akhirnya berpartisipasi dalam mewujudkan mayarakat  Indonesia yang berkualitas, Sehat dan Mandiri sehingga usia harapan hidup akan lebih baik.















Analisa  Tabel 1.
Table diatas adalah data dari ruangan rawat inap yang diakumulasikan dan dibagi jumlahnya per item di kalikan 100. Bila kita melihat angka rata-rata Januari-Juni 2013 sebesar 2,71% masih diatas angka standar yang telah ditetapkan yaitu dibawah 2% jika kita melihat pelayanan SPM Kemenkes tahun 2011 untuk angka infeksi tidak boleh lebih dari 1,5%
Bahwa pada table tersebut terlihat angka infeksi yang paling tinggi adalah akibat tusukan jarum infuse/ IV Catheter yaitu mencapai 2.9% disusul infeksi luka operasi  0.6 %,  decubitus 0,5% pneumoni sebesar 0.8%, infeksi saluran kemih 0.4%. Adapun selanjutnya  infeksi luka WSD sebanyak  0,0 %, dan angka sepsis belum pernah dilaporkan, sehingga angka tersebut kami anggap nihil.
Bila kita lihat angka di setiap bulannya maka pada bulan Juni 2013 adalah angka yang paling tinggi dan terburuk pada 5 tahun terakhir, dan ini dipicu dari angka plhebitis yang mencapai 6.1%.

No
Bulan
Insiden rate
1
Januari
1.24%
2
Februari
3.14%
3
Maret
1.94%
4
April
2.72%
5
Mei
2.06%
6
Juni
5.67%
7
Rata-rata
2.71%

Tabel selengkapnya pada lampiran

Rumus untuk mendapatkan inciden rate:
kejadian infeksi kasus baru            X 100%
Semua pasien yang berpotensi terinfeksi

Rumus untuk mendapatkan angka rata-rata
Jumlah kejadian infeksi kasus baru            X 100%
Semua pasien yang dirawat hidup/mati

Bila kita lihat satu persatu dari data yang terkumpul , phlebitis adalah angka yang paling tinggi yaitu 2.9% sehingga memicu peningkatan angka infeksi.
Kemungkinan penyebabnya adalah ;
1.      Disinfeksi yang tidak adequat.
2.      Prosedur yang tidak dijalankan dengan baik saat pemasangan  IV Catheter.
3.      Lingkungan  terkontaminasi kuman.
4.      Kepatuhan cuci tangan petugas saat sebelum melaksanakan tindakan a septic  masih sangat rendah, meskipun belum ada data untuk kepatuhan cuci tangan.
5.      Perawatan luka / puncture site yang tidak adequate
6.      Penggunaan IV line ≥ 1 minggu di satu tempat.
Infeksi luka operasi (ILO) sebesar 0.6% berarti jika terdapat 1000 pasien maka akan terjadi infeksi sebanyak 6 orang atau 6/mil.
Pneumonia menunjukan angka 0.8%  berarti turun dari angka tahun yang lau yang mencapai 1,34% angka ini muncul dengan pembanding tirah baring lama sedangkan pasca pemasangan ventilator di ICU kemudian terjadi pneumonia.
Decubitus juga menjadi indikator yang sangat penting, disadari atau tidak keperdulian kita terhadap pasien bisa dinyatakan dengan angka ini dalam 6 bulan terdapat 7 orang yang decubitus terjadi dirumah sakit dari 1493 orang pasien yang berpotensi jadi sebesar 0.5% atau 4.7/mil.
infeksi akibat pemasangan catheter urin 0,4 %  ini menunjukan penurunan  dibandingan dengan tahun lalu, perlu diingatkan kembali bahwa prosedur  pemasangan dan prosedur cuci tangan harus sudah terbiasa.




3.    KEGIATAN YANG SUDAH DILAKSANAKAN
1.      Kampanye Cuci tangan (hand Hygiene campain)
      Adalah masih menjadi sasaran awal untuk pengendalian infeksi pada tanggal 17 dan 21 Mei 2013 telah dilaksanakan kegitan pelatihan cuci tangan yang diikuti oleh seluruh  unsur karyawan mulai dari direktur utama, direktur dan stafnya, para dokter, farmasi, laboratorium, perawat, radiolagi, bag umum, securiti, dan tidak terkecuali cleaning servise.
       Meskipun pada akhirnya peserta yang mengikuti pelatihan dunyatakan lulus namun pada proses observasi dilapangan terdapat
                                             i. 86,7 % sudah mengikuti pelatihan
                                            ii. 94.4 % mencuci tangan dengan benar
                                           iii. 1.9 % mencuci tangan salah
                                           iv. 2.36 % mencuci tangan dengan tahapan yang terlewat
                                            v. 1.4 % mencuci tangan dengan tahapan yang melompat
                                           vi. Dan ada 13.3 % (64) orang belum mengikuti pelatihan, akan disusulkan pelatihannya.
2.      Kegiatan  sosialisasi dan orientasi  PPIRS  bagi  karyawan baru
1.   Pada 5 April 2013 melaksanakan kegiatan orientasi pada karyawan baru
2.   Pada 22 April 2013 kami melakukan kegitan sosialisasi kepada teman-teman perawat  di ruang tanjung
3.      Evaluasi Program Dari Kegiatan Pokok Program
Program kepada pasien dan pengunjung rumah sakit:
Program pendidikan dan pelatihan kepada pasein dan penunggunya belum dilaksanakan secara berkesinambungan. Sosialisasi tentang pengendalian infeksi masih sangat minim dilakukan, memberikan informasi tentang pengendalian infeksi kepada pengunjung menjadi bagian yang cukup penting untuk bisa terkendalinya infeksi nosokomial (HAIs)
Program pendidikan kepada petugas sedikit demi sedikit sudah berjalan, orientasi petugas/karyawan baru siswa perawat, sudah dilaksanakan meskipun belum sepenuhnya. Untuk tahap awal program sudah dilaksanakan kegiatan pelatihan cuci tangan.
Program immunisasi belum dapat dilaksanakan pada bulan ini karena terbentur dengan anggaran, demikian juga dengan immunisasi bagi petugas/karyawan yang rencananya akan dilakukan immunisasi Hep.B
Beberapa pelatihan tindakan invasif, penanganan pasien infeksius dan pelatihan sterilisasi bagi petugas CSSD belum diperlukan karena petugas yang ada baru 2 tahun yang lalu sudah mengikuti pelatihan CSSD.
Untuk Survey dapat terlaksana secara rutin untuk melihat mutu pelayanan ditinjau dari beberapa angka infeksi yang antara lain ISK, ILO, pneumania, tusukan jarum infus, sepsis, decubitus dan angka infeksi pada pemasangan WSD.
Terkait dengan program penyehatan lingkungan dirasakan masih perlu banyak koreksi

4.      Tata hubungan kerja
Sampai saat ini ada hal yang perlu kita koreksi bersama, yaitu tentang pelaksanaan pembangunan, yang belum pernah meminta masukan kepada PPI tentang bagimana tinjauan PPI dengan pembangunan yang ada ; contohnya bangunan ICU sangat mengabaikan pentingnya petukaran udara secara alamiah, begitu juga bangunan Radiologi yang baru dibuka banyak ruangan yang tidak ada ventilasinya sehingga perputaran udara menjadi sangat minimal.
Selain itu juga disyaratkan untuk menutup area yang sedang dibanagun /direnovasi terkait dengan menjaga /meminimalisir kontaminasi udara dari debu, sehingga protap yang dibuat belum tersosialisasi dengan baik.

4.    PENGGUNAAN ANTI MIKROBA
            Penggunaan antibiotika dan antimikroba di RSPG belum ada standarisasi / formularium yang disepakati. Pada umumnya antimikroba yang digunakan adalah sepalosforin generasi III, karena dokter lebih mengutamakan kesembuhan pasiennya dengan cara pemberian antimikroba yang dipercaya. Sepalosporin gen III adalah antimikroba yang banyak dipilih, kemudia golongan quinolon dan gol penisilin adalah pilihan ke 3.
Bahwa pemetaan kuman di RSPG belum pernah dilakukan dimana hasil peta kuman dapat digunakan untuk keperluan penggunaan antibiotika dan antimikroba yang wajar. Karena  biaya untuk peta kuman cukup mahal maka boleh juga disepakati berdasarkan empiris yang dikumpulkan oleh praktisi disepakati dan diusulkan menjadi standar / formularium yang berlaku, sehingga antibiotika di RSPG dapat di kendalikan.
Hal ini diperlukan karena pada umumnya kuman akan bermutasi  menjadi resisten ketika terpapar, dan sedikit demi sedikit kuman akan membuat pertahan dirinya dengan bermutasi dan akhirnya kuman resisten.
5.    PEMBATASAN PENGUNJUNG
Sampai saat ini bila kita perhatikan pembatasan waktu berkunjung masih belum sempurna meskipun sudah banyak peningkatan dibandingkan dengan sebelumnya.
Pembatasan pengunjung selain waktu juga pada anak-anak dibawah 12 tahun masih banyak yang lolos.
Diruang kelas VIP melati belum bisa dilaksanakan pembatasan pengunjung, sehingga terkadang ruangan menjadi penuh dan pengap, sehingga tidak salah jika melati menjadi salah satu ruangan yang memberikan kontribusi meningkatnya angka infeksi. Juga diruangan lain yang seharusnya menjadi ruangan “isolasi” digunakan juga oleh keluarga pasein untuk tidur dan menunggu pasien diruangan yang sama/diruang rawat. Sehingga sudah sering ditemukan yang dulunya menunggu pasien sekarang menjadi pasien.

6.    LAPORRAN PENGUJIAN BBLK JAKARTA
            Pada tanggal 17 Mei 2013 telah dilakukan uji bakteri udara.
Di ruang teratai lt 2 terdapat staphylococcus aureus dan  staphylococcus aureus sp
Di ruang OK kmr 1 terdapat staphylococcus aureus sp
Di ruang anggrek terdapat staphylococcus aureus sp
Disemua ruangan terdapat jamur
Pada pemeriksaan usap linen di kamar bedah terdapat Bacillus sp pada baju oprasi
Pemeriksaan air bersih cliform memenuhi standar yang dipersyaratkan, sehingga kualitas air masih baik.
Pada pemeriksaan usap alat dapur, jumlah kuman pada nampan, mangkok, pisin lauk, piring, dan plato semua terdapat kuman diatas ambang batas yang dipersyaratkan.
7(Tujuh) orang yang diperiksa rectal swab semuanya negatif
Pada nasi putih, pepes ayam, sayur sop oyong, tempe bacem  terdapat escherichia coli <1,0x10dan angka yang dipersyaratkan  0.
Dari hasil pemeriksaan udara dan usap alat dan makanan maka kita dapat mengantisipasi beberapa hal antara lain tidak terjadi wabah diare di rumah sakit.

7.    BEBERAPA CATATAN PELAKSANAAN KEGIATAN DI OK TERKAIT DENGAN PPI
1.    Ketika kita masuk ke OK di area Kotor kita wajib melepaskan alas kali / sepatu yang berasal dari luar Ok, akan tetapi kursi roda / brandcar dari luar bisa masuk sampai ke ruang tindakan.
2.    Belum adanya petunjuk / batas yang memisahkan area-area di OK, termasuk area pasien preoprasi dan postoprasi, sehingga kedepan masuk dan keluar pasien dari pintu yang berbeda.

8.    KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1.    Kesimpulan
Angka Infeksi rumah sakit / HAIs, di RSPG masih terlalu tinggi dan perlu pengendalian yang lebih intensif terutama pada bulan Juni 2013 angka infeksinya mencapai 5.67%  jadi rata-rata dalam 6 bulan terakhir 2.71%.
Perlu dilakukan langkah-langkah yang kongkrit untuk pengendalian infeksi ini sehingga manfaat pelatihan cuci tangan masih sangat rendah korelasinya untuk pengendalian infeksi.
2.    Rekomendasi
1)  Perlu adanya pelatihan / Refresh untuk pemasangan IV Chateter, dan pelatihan penangan pasien menular.
2)  Kepada Komite Medik segera membuat usulan penggunaan antibiotic dan antimikroba yang wajar, bila belum mungkin dilaksanakan peta kuman maka boleh kita buat secara empiris.
3)  Pengumpulan data / pelaporan harus sesuai dengan kejadiannya dan harus dipahami kapan kita laporkan sebagai infeksi, sehingga tidak ada yang ditutupi atau bahkan dilebihkan.
4)    Perlu pemahaman semua pihak tentang pembatasan kunjungan dimana waktu belum terkontrol dan anak-anak dibawah 12 tahun masih banyak yang masuk keruangan rawat inap. 
5)  Selayaknya Poli bedah  dilaksanakan di poliklinik saja sehingga OK hanya digunakan sesuai fungsinya, sesuai aturan yang ada.
6)    Perlu difikirkan cara evakuasi pasien dengan kursi roda yang masuk dan keluar OK, karena bila diperhatikan sepatu petugas harus dilepas, sementara kursi roda masuk dengan frekwensinya cukup tinggi. Sebaiknya juga diatur pasien pre dan postop tidak satu pintu.
7)  Kedepan mungkin dapat disediakan tisu towel untuk mengeringkan tangan setelah mencuci tangan / hand washing, karena mengeringkan tangan sudah tidak direkomendasikan dengan menggunakan handuk yang sehari ganti.
8)    Dukungan manajemen yang berkesinambungan sangat dibutuhkan untuk pelayanan yang baik dan berkualitas.
3.    Penutup
Demikian laporan ini di buat  mudah-mudahan bisa menjadi bahan pertimbangan untuk beberapa kebijakan  yang menyangkut PPIRS,  tentunya untuk kemajuan rumah sakit yang dapat memberikan pelayanan yang bermutu, dan turut berkontribusi untuk menciptakan masyarakat yang sehat dan mandiri.




PPIRS. RSPG CISARUA BOGOR
KETUA



Dr.  Saladdin Tjokronegoro, SpBTKV
Nip. 197406032009121001



Tidak ada komentar:

Posting Komentar