LAPORAN PPIRS
PERIODE JULI-DESEMBER 2015
|
ANGKA INFEKSI DAN ANALISANYA KEGIATAN DAN EVALUASI
PROGRAM PPIRS 2015
|
PPI. RSPG CISARUA BOGOR
|
LAPORAN INFEKSI RUMAH SAKIT
TAHUN 2016 (Juli-Desember 2015)
1. PENDAHULUAN
Terjangkitnya infeksi Rumah Sakit dan fasilitas kesehatan/HAIs(Hospital Aquired Infections), artinya
infeksi yang terjadi dirumah sakit. Hal ini berimplikasi sangat luas
menimbulkan masalah bagi penderita dan dapat merugikan nama baik rumah sakit.
Sebagai sebuah penyakit yang berdiri sendiri (terlepas
dari keterkaitan penyakit dasar) yang muncul sebagai akibat tindakan medis dan
asuhan keperawatan yang dilakukan baik sesuai SPO atau pun tidak, maka infeksi
nosokomial dapat mempengaruhi morbiditas dan mortalitas penyakit dasar. Akibat
lain adalah hari rawat yang lebih panjang dan itu berarti perlu adanya tambahan
biaya sedangkan bagi rumah sakit dapat memberikan kesan kurang baik terhadap
pencegahan infeksi yang merupakan indikator keselamatan pasien rumah sakit.
2. PENGORGANISASIAN
Berdasar pada SK Direktur Utama Rumah Sakit Paru Dr. M. Partowidigdo
No: KP.02.0711/5094/2012 Tentang Pembentukan Panitia Pencegahandan Pengendalian Infeksi (PPI) Rumah Sakit Paru dr. M. Partowidigo tanggal 11 Juli 2012 bahwa PPIRS berbentuk Panitia Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit, terdiri dari berbagai unit terkait yang bertanggung awab kepada Direktur Medik dan
Keperawatan.
Kemudian untuk operasional, ada Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit yang terdiri dari unsure perawat(IPCN =Infection prevention control nurse dan IPCLN= Infection
prevention control link nurse), dan sejak bulan Desember 2015 berdasarkan
surat tugas dari Direktur Keuangan dan Administrasi No.
KP.04.03/II.2/7375/2015, tanggal 12 November 2015, tenaga di PPI ditambah 2
orang yang yang full time. Dengan
PPIRS
mempunyai
peran penting dalam rangka memberikan pelayanan yang berkualitas terhadap pasien, baik langsung ataupun tidak langsung. Memberi pengertian dan tambahan wawasan terhadap pasien dan pengunjungnya tentang perkembangan penya penyakit dan kuman setidaknya akan mempengaruhi tingkat kesembuhan pasien.
3. KENDALA
YANG DIHADAPI :
1.
Dalam perjalan kinerjanya PPIRS masih menghadapi beberapa kendala antar lain belum ditetapkannya IPCN yang fulltime sehingga banyak hal yang tidak tergarap antara lainnya adalah pekerjaan
survey yang harus dilakukakan secara kontinyu dan berkesinambungan.
2.
Beberapa kerjasama yang semestinya
di lakukan dengan
unit lainnya menjadi tidak dapat dilakukan contohnya mendisain sebuah ruangan seharusnya melibatkan unsure PPIRS untuk memberikan masukan kepada tim/unit/pihak yang melaksanakan pembangunan sehingga dapat sesuai atau paling tidak mendekati kaidah PPI
3.
Masukan PPIRS tidak bisa seluruhnya diakomodir mengingat
keadaan, iklim dan cuaca, biaya yang
belum teranggarkan dan lain-lain
4.
Petugas IPCN belum purna waktu, masih diberi tugas
merangkap dan baru pada Desember 2015 PPI ditambah tenaga fulltime.
4. HARAPAN-HARAPAN
1.
Masukan dari PPI untuk keselamatan pasien dan keselamatan
pekerja dapat diperhatikan oleh seluruh pegawai dan pengambil keputusan.
2.
Semua kendala saat ini dapat dihilangkan pada tahun
berikutnya
3.
PPIRS kedepan bisa memberikan kontribusi yang baik untuk peningkatan mutu layanan di RSPG Cisarua Bogor dan bisa berkolaborasi dengan unit yang lain untuk kemajuan RSPG dan akhirnya berpartisi pasi dalam mewujud kan mayarakat Indonesia yang berkualitas, Sehat dan Mandiri sehingga usia harapan hidup akanl ebih baik.
Target /sasaran
1.
Angka infeksi di ruangan Perawatan dan ICU sbb:
a.
ILO <2%
b.
VAP < 20 ‰
c.
HAP< 20 ‰
d.
ISK < 20 ‰
e.
IADP< 20 ‰
f.
Phlebitis< 20 ‰
g.
Infeksi Luka WSD < 20 ‰
2.
Angka Kepatuhan Cuci tangan dapat mencapai 80%
5. TABEL ANGKA INFEKSI
NO
|
RUANGAN
|
TINDAKAN
|
KEJADIAN INFEKSI /INSIDENT RATE
|
TIRAH BARING
|
HASIL KULTUR
|
JML MRSA (+)
|
|||||||||||
TERPASANG ALAT KESEHATAN
|
|||||||||||||||||
IVL
|
UC
|
WSD
|
ETT
|
CVL
|
Ventilator
Assosiated Pneumonia
|
Hospital Acquired
Pneumonia
|
Infeksi Saluran Kemih
|
Infeksi Aliran Darah
|
Lab
|
IVL
|
Infeksi Luka WSD
|
Decubitus
|
|||||
Jumlah (Hari)
|
Jumlah (Hari)
|
Jumlah (Hari)
|
Jumlah (Hari)
|
Jumlah (Hari)
|
Phlebitis
|
||||||||||||
1
|
Melati
|
1008
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
6
|
29
|
0
|
1
|
53
|
||
2
|
Anggrek
|
2360
|
68
|
13
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
22
|
86
|
0
|
0
|
110
|
1 MRS (+)
|
1
|
3
|
Kacapiring
|
2418
|
36
|
103
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
9
|
65
|
2
|
0
|
93
|
1 MRS (+)
|
2
|
4
|
Terate
|
5583
|
89
|
345
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
15
|
118
|
7
|
0
|
210
|
||
5
|
Tanjung
|
786
|
0
|
292
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
13
|
0
|
0
|
3
|
1 MRS (+)
|
1
|
6
|
Mawar
|
1392
|
51
|
14
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
5
|
32
|
0
|
3
|
55
|
||
7
|
ICU
|
149
|
111
|
5
|
32
|
22
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
5
|
0
|
0
|
149
|
||
jml psnkeluar
|
13696
|
355
|
772
|
32
|
22
|
1
|
1
|
2
|
1
|
59
|
407
|
9
|
4
|
673
|
4
|
||
3151,00
|
31.3
|
1.5
|
5.6
|
3
|
2.8
|
29.7
|
11.7
|
5.9
|
6. INTERPRETASI PERBANDINGAN DATA INSIDEN RATE SEMESTER 1 DAN 2 2015
Perbandingan data Insident rate anta semester 1 dan 2
pada tahun 2015
Insident Rate
|
Data Smtr1‰
|
Data Smtr2‰
|
Target
|
VAP
|
0
|
31,3
|
<
20‰
|
HAP
|
1,59
|
1,5
|
< 20‰
|
ISK
|
3,64
|
5,6
|
<
20‰
|
IADP
|
0
|
2,8
|
< 20‰
|
IVL
|
32,53
|
29,7
|
<
20‰
|
INFEKSI WSD
|
4,07
|
11,7
|
< 20‰
|
DEKUBITUS
|
6,38
|
5,9
|
<
20‰
|
1.
Terjadi peningkatan pada insedent VAP dari 0 menjadi
31,3‰ ini diakibatkan adanya perbaikan catatan dan cukup berpengaruh karena
jumlah hari rawat pasien ICU yang rendah. Bila dibandingkan dengan target maka
11,3‰ diatas target.
2.
HAP angka ini relatif sama dengan angka semester yang
lalu yaitu 1,5‰ dan dibawah taget
3.
ISK agak meningkat 2‰ dibandingkan dengan semester yang
lalu tapi masih dibawah target.
4.
Pada semester ini juga ditemukan adanya IADP sebesar
2,8‰, masih dibawah target.
5.
IVL/Phlebitis terjadi penurunan dibandingkan semester
yang lalu, meskipun masih 9,7‰ diatas target.
6.
Insident rate untuk pemasangan WSD meningkat 7,63‰
dibandingkan semester yang lalu, meskipun masih dibawah target.
7.
Dekubitus terjadi penurunan dari 6,38‰ pada semester yang
lalu menjadi 5,9‰.
Insiden phlebitis dan insiden dekubitus, tidak termasuk
indikator PPI, selama tidak terdapat indikasi HAIs. Angka tersebut akan
dimasukan dalam indikator mutu.
Rumus untuk
mendapatkan inciden rate:
kejadian infeksi
kasus baru X 1000
Semua pasien yang
berpotensi terinfeksi
Rumus untuk
mendapatkan inciden infeksi
Jumlah kejadian
infeksi kasus baru X 100
Semua pasien yang
berpotensi terinfeksi (post op)
Kemungkinan penyebabnya adalah;
1.
Peningkatan/perbaikan kegiatan surveilans semakain baik
sehingga pencatatan data semakin baik.
2.
Prosedur
yang tidak dijalankan dengan baik saat pemasangan alat.
3.
Lingkungan yang terkontaminasi kuman.
4.
Kepatuhan cuci tangan petugas saat sebelum melaksanakan tindakan a septic masih sanga trendah.
5.
Perawatan luka / puncture site yang
tidak adequate
6.
Penggunaan
IV line ≥ 1minggu di
satutempat.
7.
Disinfeksi
yang tidaka dequat.
7.
INSIDENT RATE INFEKSI LUKA OPERASI (ILO)
RSPG CISARUA BOGOR
JULI - DESEMBER 2015
No
|
Spesialistik Bedah
|
%
|
Ket
|
|
|
|
|
1
|
Bedah Umum
|
2,8%
|
|
2
|
Bedah
Thorak
|
1,4%
|
|
3
|
Bedah Obgyn
|
0,0%
|
|
|
Jumlah
|
5,3%
|
|
Grafik Insident Rate Infeksi
Luka Operasi (ILO)
RSPG Cisarua Bogor Juli - Desember 2015
8. INTERPRETASI DATA INFEKSI LUKA OPERASI (ILO)
a.
Kejadian infeksi secara
keseluruhan terkoreksi bila dibandingkan dengan semester lalu yaitu mencapai 1,9% sedangkan semester yang
lalu terdapat 5,88 % dan target (toleransi) 2 %
b.
Bedah umum bila dibandingkan semester yang lalu angka
kejadiannya turun, dari sebelumnya 16,7% menjadi 2,8%, masih diatas target tapi terdapat perbaikan.
c.
Bedah thoraks bila
dibandingakan semester yang lalu maka mengalami penurunan yang cukup signifikan
yaitu hanya terdapat 1,4% dan bila dibandingkan dengan target maka masih
dibawah target.
d.
Bedah Obgyn pada semester
II angka insiden nihil atau 0 % dan meningkat sangat signifikan,
karena semester yang lalu terdapat 33,3%
9. URVEY KEPATUAHAN CUCI TANGAN (HH)
SURVEY
KEPATUHAN CUCI TANGAN
|
||||||||||
JULI-
DESESMBER 2015
|
||||||||||
NO
|
BULAN
|
5 MOMEN HH
|
YA
|
TIDAK
|
OPPORTUNIS (KESEMPATAN)
|
%
|
||||
SEBELUM KONTAK
DENGAN PASIEN
|
SEBELUM MELAKUKAN
TINDAKAN ASEPTIK
|
SESUDAH KONTAK
DENGAN CAIRAN TUBUH PASIEN
|
SETELAH KONTAK
DENGAN PASIEN
|
SETELAH KONTAK
DENGAN LINGKUNGAN PASIEN
|
||||||
1
|
Juli
|
4
|
0
|
1
|
3
|
7
|
15
|
18
|
33
|
45,5
|
2
|
Agustus
|
4
|
2
|
4
|
7
|
10
|
27
|
27
|
54
|
50,0
|
3
|
September
|
4
|
2
|
3
|
6
|
13
|
28
|
40
|
68
|
41,2
|
4
|
Oktober
|
6
|
2
|
3
|
10
|
13
|
34
|
34
|
68
|
50,0
|
5
|
Nopember
|
4
|
2
|
3
|
6
|
13
|
28
|
38
|
66
|
42,4
|
6
|
Desember
|
11
|
5
|
6
|
16
|
18
|
56
|
11
|
84
|
66,7
|
jumlah
|
33
|
13
|
20
|
48
|
74
|
188
|
157
|
373
|
50,40
|
|
8,85%
|
3,49%
|
5,36%
|
12,87%
|
19,84%
|
50,40%
|
49,60%
|
INTERPRETASI DATA
:
Untuk Kepatuah
“HH”, bahwa
1. Sebelum kontak
dengan pasien 8,85%
2.
Sebelum melaksanakan tugas a septik 3,49%
3.
Sesudah kontak dengan cairan tubuh pasien 5,36%
4.
Setelah kontak dengan pasien 12,87%
5.
setelah kontak dengan lingkungan pasien 19,84%
6.
Petugas yang patuh melakukan ‘HH 50,40%
7. Petugas yang
tidak patuh melakukan “HH” 49,60%
Jadi dari data diatas masih perlu adanya diseminasi yang terus menerus berkesinambungan, dimonitor, dievaluasi dan
ditindak lanjuti.
10. TEMUAN KUMAN MRSa
Terdapat 4 kasus pasien dengan kuman MRS, 2 kasus di
kacapiring 2 kasuslainya di tanjung dan Anggrek. Diruangan lain bukan berarti
tidak ada akan tetapi belum ada kasus karena tidak semua pasien dirawat
kemudian dikultur. Semestinya ada SPO tentang pemberian antimikroba dengan
kultur MO, sebelum pemberian antimikroba untuk mengetahui resistensi kuman.
Selain MRSa juga pernah dilaporkan ESBL yang juga sangat berpotensi menyebabkan
infeksi rumah sakit (HAIs). Dengan temuan tersebut diharapkan praktisi medik
dapat melakukan/rajin melakukan kultur MO sehingga antimikroba di RSPG
diberikan secara rasional.
11. KEGIATAN YANG SUDAH DILAKSANAKAN
Kampanye Cuci tangan (hand Hygiene campain)
Kegiatan ini terus dilaksanakan dan secara bertahap kesadaran untuk pentingnya
cuci tangan baik kepada petugas maupun kepada pengunjung RSPG.
-
Program kepada pasien dan pengunjung rumah sakit:
Program pendidikan dan pelatihan kepada pasein dan
penunggunya belum dilaksanakan secara berkesinambungan. Sosialisasi tentang
pengendalian infeksi masih sangat minim dilakukan, memberikan informasi tentang
pengendalian infeksi kepada pengunjung menjadi bagian yang cukup penting untuk
bisa terkendalinya infeksi nosokomial (HAIs).
-
Program pendidikan kepada petugas
Orientasi petugas/karyawan baru, siswa perawat, sudah
dilaksanakan penyuluhan langsung dan kepada petugas sudah dilaksanakan
survey/audit kepatuhan “HH” yang dilaksanakan setiap bulan.
12. PENGGUNAANANTI MIKROBA
Penggunaan antimikroba di RSPG: Pada umumnya antimikroba yang digunakan adalah sepalosforin generasi III, karena dokter lebih mengutamakan kesembuhan pasiennya dengan cara pemberian anti mikroba yang dipercaya. Sepalosporin
generasi III adalah antimikroba yang banyak dipilih, kemudian golongan quinolone dan gol penisilin adalah pilihan ke 3.
Bahwa pemetaan kuman di RSPG saat ini sudah
ada
13. PEMBATASAN PENGUNJUNG
Pembatasan pengunjung menjadi penting karena akan menyangkut beberapa hal :
-
Pemutusan rantai penularan (mengurangi
paparan pada pembesuk)
-
Kebersihan lingkungan,
-
Ketertiban Keamanan Kenyamanan,
-
Mengurangi kontaminasi terhadap pasien
-
Edukasi kepada masyarakat.
Pembatasan
pengunjung/pembesuk sudah mulai ditertibkan sedikit demi sedikit. Ada beberapa
kendala dalam membatasi pengunjung/pembesuk ke ruang rawat inap antara lain kepedulian
dari semua petugas agar ikut menertibkan penunggu /pengunjung/pembesuk yang
berlebihan dan atau membawa anak dibawah 12 tahun. Sampai saat ini bila kita
perhatikan pembatasan waktu berkunjung
belum sempurna.
Diruang kelas VIP
melati belum bisa dilaksanakan pembatasan pengunjung, sehingga terkadang
ruangan menjadi penuh dan pengap, sehingga menjadi kurang nyaman. Seperti diruangan
lain yang seharusnya menjadi ruangan “isolasi”
digunakan juga oleh keluarga pasein untuk tidur dan menunggu pasien diruangan
yang sama/diruang rawat. Sehingga meskipun kami tidak memeiliki data yang
pasti, banyak ditemukan yang dulunya menunggu
pasien sekarang menjadi pasien.
14. LAPORRAN
PENGUJIAN BALAI BESAR TEHNNIK KESEHATAN LINGKUNGAN JAKARTA
a.
Bahwa saat dilakukan pengujian baku mutu udara tidak
ditemukan angka diatas baku mutu yang telah ditetapkan
b.
Untuk pemeriksaan alat medis, usap dinding, dan alat
makan (nampan, mangkok, plato, pisen lauk, dan piring makan)tidak terdapat
kuman/mikroorganisme yang pathogen yang dapat menyebabkan kesakitan atau wabah.
c.
Seluruh ruangan terdapat/ditemukan jamur (laporan kami
lampirkan)
d.
Pemeriksaam snack pasien pada saat pemeriksaan terdapat E.Coli
dan staph aureus (hasil terlampir)
e.
Pemeriksaan bakteri udara pada saat diperiksa terdapat
Stap sp, diruang kacapiring.(hasil terlampir)
15. CSSD (Central Suplay Sterilization Departemen)
1.
Secara sepintas dapat kami laporkan bahwa kegiatan CSSD
semakin baik ditandai dengan frekwensi kegiatan yang semakin meningkat. CSSD
sudah menjadi sentral sterilisasi. Sterilisasi yang pada tahun kemarin (2014)
masih tersebar di beberapa ruangan sudah direlokasi ke CSSD, kecuali di poli
Gigi terkendala keterbatasan alat di CSSD yang
belum memiliki sterilisator low temperatur.
2.
Suhu ruangan sterilisasi masih diatas suhu yang
direkomendasikan berkisar 20-220 C, sedangkan yang idealnya yaitu 180C,
jadi perlu ditambahkan AC agar kondisi ruangan tetap pada suhu yang diharapkan.
Hal ini perlu dilakukan untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme sehingga
berperngaruh pada tingkat kesterilan
alat sehingga masa kadaluarsa dari alat yang sudah disterilkan tidak sampai 3
bulan.
3.
Jenis alat yang disterilkan terdapat alat medis dalam
set, alat medis satuan dan linen operasi.
4.
Angka pengulangan sterilisasi dibawah target,
mengindikasikan alat dan proses berjalan dengan baik.
5.
Respon Time proses sterilisasi rata-rata di bawah target,
mengindikasikan pelayanan di CSSD baik.
16. LAPORAN INVESTIGASI OUTBREAK
Dalam kurun waktu antara Juli s-d Desember 2015 tidak
terjadi peningkatan angka infeksi yang extrim (peningkatan angka infeksi 3 kali
lipat dari biasanya), tidak terjadi KLB, sehingga investigasi outbreak tidak
dilakukan.
Adapun angka infeksi yang meningkat atau yang biasanya
tidak ada menjadi ada, belum perlu dilakukan investigasi outbreak.
17. KESIMPULAN
DAN REKOMENDASI
a. Kesimpulan
1).Angka Infeksi
rumah sakit / HAIs, di RSPG periode Juli Desember 2015 masih perlu ditekan lagi sampai angka <1,5‰
untuk HAP,VAP,ISK, dan IADP dan ILO < 1,5%.
2).Kewaspadaan isolasi belum
dipahami oleh staf dan petugas dilapangan sehingga masih mengabikan
prinsip-prinsip / konsep kewaspadaan isolasi. Terutama pada kewaspadaan standar
salah satunya adalah penggunaan sarung tangan, prilaku patuh Cuci tangan (hand
hygiene)
3) Konsep
Isolasi belum bisa diimplementasi secara
keseluruhan, mengingat tidak semua ruangan perawatan memiliki ruang isolasi.
b. Rekomendasi
1)
Poli MDR sudah berjalan, sebaiknya diatur kembali untuk
akses khusus, dan akses menuju poli yang lainnya. Maka
a)
Perlu dipertimbangkan kembali untuk tempat/posisi poli
MDR saat ini dimana dengan tidak sengaja saja, orang dapat mengakses tempat
tersebut termasuk anak-anak bisa menjangkau tempat tersebut. Idealnya poli
tersebut hanya boleh dilalui/dimasuki oleh pasien atau petugas (yang bertugas)
b)
Dengan semakin meningkatnya kunjungan ke poli MDR maka
Luas poliklinik harus disesuaikan sehingga pasien betul-betul dapat ditempatkan
dengan baik (tidak berada di mana-mana)
c)
Ventilasi/pintu juga menjadi prioritas yang perlu
diperhatikan, karena bila posisinya seperti sekarang ini angin bergerak dari
arah pasien ke ruang petugas, yang semestinya angin bergerak /terdorong ke arah
pasien.
2)
Ruang Isolasi Sebaiknya segera dibuat dengan benar sesuai
syarat-syarat yang telah ditetapkan Kemenkes No 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang
Persyaratan Lingkungan Rumah sakit, dimana dinding harus dengan warna yang
terang dan ventilasi yang baik atau aliran udara dengan pertukaran 12 ACH, dan atau membuat tekanan negatif dengan hefa
filter dan dilengkapi dengan fasilitas lainya seperti tempat menyimpan APD,
adanya tempat Cuci tangan, Kamar mandi (Toilet) tersendiri, dan SDM yang memahami
penyakit menular.
3)
Ruang Operasi (OK) segera dibuat bertekanan positf (+)
dengan hefa filter
4)
Program penyehatan lingkungan
Kejadian infeksi sangat terkait dengan terkait dengan
program penyehatan lingkungan dirasakan masih perlu banyak koreksi terutama
lingkungan pasien yang berbaur dengan penunggu pasien sangat mempengaruhi
infeksi silang dari penunggu kepada pasien atau sebaliknya perlu dipertimbangkan
ulang untuk menyegerakan pelaksanaa pengadaan ruang isolasi disetiap ruangan, sehingga konsep
isolasi dapat berjalan dengan baik. Ruang terate adalah salah satu ruangan yang
paling sulit mengetrapkan pasien secara kohorting.
5)
Untuk Bidang Perawatan dan Diklat, Perlu adanya pelatihan
/ Refresh untuk pemasangan IV Chateter, dan pelatihan penangan pasien menular,
mulai dari desinfeksi, mengeksekusi vena, penentuan kaliber jarum infus,
melakukan tindakan secara septik dan a septik, bisa dilakukan pada kelompok-kelompok
kecil disetiap ruangan, termasuk unit
laboratorium.
6)
Pengambilan sample darah agar menggunakan sistem
vacutainer (venojek) sehingga sample yang diperoleh akan baik, mengurangi
ketidak nyamanan pada pasien dan sisi keamanan juga cukup tinggi karena
mencegah resiko kecelakaan pada petugas.
7)
Penggunaan alkohol curah harus sudah beralih ke alkohol
swab, penggunaan alkohol curah, selain mudah menguap sehingga daya untuk
membunuh/menghambat pertumbuhan kuman menjadi berkurang juga diragukan keseterilanya
terutama.
8)
Pelipatan kassa untuk disterilkan harus dengan sistim
tertutup (tidak ada benang kassa yang berada diluar lipatan), dan harus
diseterilkan dengan menggunakan poces, dengan argumentasi bahwa jika tromol
digunakan untuk tempat kassa maka akan
sering di buka akan mudah terkontaminasi, dan berarti perlakukannya salah.
9)
Kepada Komite Medik segera merampungkan
pedoman/panduan penggunaan antibiotik/antimikroba yang wajar/ rasional, karena
setidaknya pada tahun lalu kita sudah mempunyai gambaran tentang kuman di RSPG
melalui pemetaan kuman yang dilakukan oleh laboratorium.
10)
Gunakan sarung tangan sewajarnya, kami anggap salah jika
visite, pemasangan elektrode ECG, Mendorong pasien/menggotong pasien,
membersihkan lantai, nyetir membagi makanan, menyuapi pasien, mendorong troli
tindaakan dll masih menggunakan sarung tangan (handscoen) dan cara yang terbaik
adalah menertibkan/membiasakan Hand Hygiene (5 moment).
11)
IPID Agar memberikan pemahaman kepada semua pihak baik kepada
petugas maupun pengunjung tentang pembatasan kunjungan maka kerja sama
dengan tim pengaman RS terus dilakukan secara intensif, sehingga dapat
dikontrol/dikendalikan. Anak-anak dibawah 12 tahun masih banyak yang masuk bahkan menginap di
ruangan rawat inap.
Pedagang makanan
di depan RS
Perlu diberi penyuluhan tentang “HH” dan diberi fasilitas
air mengalir untuk mencuci alat makannya.
12)
Selayaknya Poli bedah dilaksanakan di poliklinik saja sehingga OK hanya digunakan sesuai fungsinya, sesuai aturan yang ada.
13)
Perlu dipikirkan penggunaan masker efisiensi tinggi
sperti N 95, tidak hanya di ruangan poli DOTS/MDR saja tapi diruangan rawat
inap yang mempunyai resiko yang sama sehingga para perawat mempunyai
kepercayaan diri yang tinggi dalam melakukan tindakan keperawatan/merawat
pasien yang beresiko menular secara airbone.
14)
Untuk Instalasi gizi agar memperbaiki cara mencuci bahan
makanan dan alat makan yang digunakan pasien, gunakan disinfekstan yang aman
untuk pencucian bahan makanan dan alat makan bila perlu menggunkan air hangat,
bila mungkin alat makan dilakukan sterilisasi.
Lakukan pemantauan, peninjauan dan monitoring, kepada
pihak penyedia jasa pengadaan snack untuk pasien, lakukan evaluasi dapur,
bahan, dan alat yang digunakan apakah layak atau tidak.
18. Penutup
Demikian laporan ini di buat mudah-mudahan bisa menjadi bahan pertimbangan untuk beberapa kebijakan yang menyangkut
PPIRS, tentunya untuk kemajuan rumahsakit yang dapat memberikan pelayanan yang bermutu, melalui
penanganan pasien yang tepat pemutusan rantai penularan penyakit dan pencegahan
penyakit menular. Dengan demikian rumah sakit kita turut berkontribusi untuk menciptakan
masyarakat Indonesia yang sehat dan mandiri, membebaskan manusia dari sakit dan
kecacatan.
|
Cisarua, Januari 2016
|
PPIRS. RSPG CISARUA BOGOR
KETUA
Dr.
SaladdinTjokronegoro, SpBTKV
Nip. 197406032009121001
|
IPCN /
Sekretaris
PPIRS
Ferry Purwana Leonard, Amk
Nip.
196501121991031004
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar